Senin, 16 Juni 2014

Cerpen Pena



Terlalu Mudah

Pagi itu adalah pagi yang sangat cerah, matahari tampak bersinar dengan indah dilangit bersama awan-awan yang setia berada disampingnya. Kiki seorang siswi kelas 1 SMA bersiap untuk berangkat kesekolah. Pagi itu Kiki berjalan kaki kesekolah, dia menolak ajakan tetangganya untuk mengantarkannya ke sekolah. Wajar saja pagi itu adalah pagi yang cerah, dia mungkin ingin menikmati perjalananya ke sekolah.
Saat berada didepan gerbang sekolah, Kiki bertemu dengan seorang pria yang pernah mengisi hatinya. Pria itu kebetulan juga berada di sekolah yang sama namun berada di kelas yang berbeda. Saat bertemu dengan pria itu, Kiki hanya bisa jalan sambil menunduk. Lalu pria itu berkata dengan senyuman di wajahnya “Cie, yang sombong”, Kiki hanya mengangkat wajahnya lalu tersenyum kepada pria itu tanpa membalas perkataannya. Sesampai dikelas, Kiki berusaha melupakan kejadian yang baru saja terjadi kepadanya.
Saat jam istirahat tiba Kiki bersama temannya pergi jajan dikantin depan sekolah mereka. Saat selesai makan di kantin tersebut Kiki bertemu dengan pria itu lagi. Kiki berusaha menghindarinya tetapi, sudah terlambat. Pria itu bertanya “Hai .. Kiki, kamu sudah lupa dengan saya ?”, Kiki pun menjawab “Tidak, saya tidak lupa dengan kamu”. Lalu pria itu bertanya kembali “Apakah aku boleh meminta nomor kamu, agar aku bisa menghubungi mu”, Kiki terdiam mendengar pertanyaan pria tersebut. Kiki dengan ragu menjawab pertanyaan pria itu “Iya, Boleh” Kiki pun menyebutkan nomor handphone nya.
Setelah pria tersebut pergi, Kiki pun melihat kedua temannya dan bertanya “Bagaimana ini ? Apa yang harus saya lakukan?”. Kedua temannya yang bernama Fajri dan Ana kembali memberikan pertanyaan kepada Kiki “Apa maksud kamu ?”. Kiki pun menjawab “Dia meminta nomorku ?”. Ana dan Fajri pun mengerti apa yang Kiki maksudkan. Dengan menggunakan gabungan bahasa antara Korea dan Indonesia, Kiki kembali bertanya kepada temannya “Huahh.. Ottokhae ? Bagaimana kalau dia menelfonku atau mengirimi aku pesan. Ottokhae  ?”
“Mollayo” jawab Fajri menggunakan bahasa Korea
“Biarlah, dia mungkin tidak akan menghubungiku, mungkin dia akan melupakannya” kata Kiki
            Keesokan harinya, Kiki berangkat ke sekolah seperti hari-hari sebelumnya. Dia berusaha melupakan hal yang terjadi kemarin. Disekolah Kiki tak mengingat kejadian kemarin, mungkin karena sudah terlalu asyik bercanda bersama kedua temannya . Detik, menit dan jam pun berlalu hingga tibalah waktunya untuk pulang sekolah. Bersama teman sebangkunya Kiki pulang ke rumah. Sesampai di lorong dekat rumah, Handphone Kiki tiba-tiba bergetar. Kiki pun mengeluarkan handphone miliknya dari kantong rok sekolah, dia menatap layar handphonenya. Dilayar handphone nya tertuliskan nomor baru yang tidak Kiki kenali menelfon dirinya, karena penasaran Kiki pun menjawab telefon tersebut.
“Halo” Kata Kiki
“Yah. Assalamualaikum” jawab orang yang menelfon
“Waalaikumsalam” jawab Kiki dengan ragu
            Dari suaranya Kiki sudah mengenali orang yang menelfonnya, dia adalah pria yang Kiki temui kemarin saat jam istirahat. Kiki tidak menyangka bahwa pria tersebut akan nekat menelfonnya.
“Halo, lagi dimana?” Tanya pria itu
“Dijalan” jawab Kiki
“Baru pulang yah ?”Tanya pria itu lagi
“Iya” jawab Kiki
            Setelah berbincang-bincang selama beberapa menit, Kiki pun menutup telefonnya. Kiki masih kaget, karena Kiki tidak menyangka bahwa pria itu akan nekat menelfonnya. Untuk menghilangkan ingatannya tentang pria tersebut, Kiki pun memilih untuk tidur siang. Waktu telah berganti menjadi sore hari, Kiki masih tertidur dengan pulasnya. Lalu tiba-tiba handphone Kiki bergetar, tentu Kiki kaget dan terbangun. Ternyata ada pesan singkat yang masuk ke handphone Kiki. Kiki pun membuka pesan tersebut, pesannya bertuliskan “Selamat sore, lagi ngapain ?”. Karena malas membalasnya Kiki hanya membacanya saja lalu ia bangun dan mandi. Sehabis mandi Kiki mengambil handphonenya lalu duduk di teras rumahnya.
            Kiki membuka kunci handphone nya dan ternyata sudah banyak pesan yang masuk dari pria tersebut. Kiki malas membalas pesan pria itu jadi, dia hanya membaca pesan dari pria itu. Mungkin karena terlalu lama menunggu balasan, pria itu pun menelfon Kiki tapi, Kiki tak mengangkat telefon darinya. Ada 10 kali dia menelfon Kiki tapi, Kiki tak pernah mengangkatnya. Tak lama kemudian pria itupun berhenti menelfon dan ada pesan masuk di handphone Kiki yang bertuliskan “Apa kah kamu sedang sibuk ? Mengapa kau tak mengangkat telfon ku ?”. Kiki hanya melihatnya saja tanpa membalasnya. Tak lama kemudian handphone Kiki bergetar lagi, Kiki sudah mulai marah dan melihat handphonenya yang ternyata Mama Kiki yang menelfon bukan pria itu. Kiki pun menjawab telefon dari mamanya dan melakukan hal yang di suruhkan oleh mamanya
            Sore pun berganti malam, malam itu adalah malam minggu. Kiki hanya bisa menghabiskan waktunya dikamar miliknya. Om Kiki pun tiba-tiba memanggil Kiki “Ki... Ada teman kamu yang datang nak”. Kiki pun mulai kaget dan berfikir kalau yang datang adalah pria itu. Karena kebetulan pria itu juga mengetahui rumah Kiki. Kiki pun mulai keluar rumah dengan ragu dan ternyata yang datang adalah Kak Ulfa, kakak kelas Kiki sewaktu SMP dulu. Dia sangat senang karena Kak Ulfa datang menemuinya karena, kak Ulfa masih mengingat Kiki dan Kiki juag senang karena yang datang bukanlah pria itu.
            Karena, kak Ulfa datang ke rumah dan kebetulan berada di Parepare  maka Kiki mengajaknya ke rumah teman, yang kebetulan juga mengenal Kak Ulfa. Saat sampai dirumah temannya, Kiki dikagetkan dengan temannya yang tiba-tiba menunjuk Kiki dan berkata “Heh .... Itu mantan kamu, memaksa saya untuk memberikan nomor hp kamu”, Kiki pun bertanya kepada temannya yang bernama Fitri yang juga kebetulan sekelas dengan pria itu “Hah ? Iya kah ? Kapan dia meminta nomor saya sama kamu ? Kamu berikan nomor saya kepadanya?”. Fitri pun menjawab “Sudah lama , dan saya berikan nomor kamu sama dia. Karena, dia memaksa saya”.  Kiki pun berkata “Oh”
            Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00, Kak Ulfa sudah meminta izin untuk pamit pulang. Lalu Kiki pun mengantarkannya sampai depan lorong rumahnya. Sesudah mengantarkan kak Ulfa di depan lorong, Kiki pun pulang kembali ke rumah dan masuk lagi kedalam kamarnya. Saat asyik sedang menonton film di laptop miliknya,  handphone Kiki tiba-tiba bergetar lagi. Dan ternyata yang menelfon adalah pria itu, Kiki pun mengangkat telefonnya, awalnya pria itu tak mengatakan apa-apa. Namun, dia pun berkata “Halo, Kamu lagi dimana?”, Kiki pun menjawab “saya berada dirumah, ada apa ?”. Pria itu menjawab “Tidak apa-apa”. Selama beberapa menit mereka berdua berbincang-bincang di telefon. Tak ada perbincangan yang berarti selama mereka berbincang di telefon. Setelah cukup lama berbincang-bincang pria itu mengucapkan salam dan menutup telefonnya.
            Keesokan harinya Kiki menjalani hari liburnya yang sangat membosannkan. Waktu terasa lama sekali berlalu, rasanya setiap detik berlalu terasa lama. Kiki yang merasa kebosanan hanya bisa mengunci dirinya dikamar. Saat hampir tertidur, ada pesan singkat yang masuk ke handphone Kiki dan ternyata dari pria itu lagi. Kiki sangat malas membalas pesan pria tersebut tapi, Kiki berfikir bahwa itu akan menghilangkan sedikit kebosanannya maka Kiki pun membalas pesannya. Beberapa hal yang  tak penting pun mereka bahas. Namun,  saat pria itu mengatakan satu hal yang mebuat Kiki sangat kaget dan berfikir bahwa “Apakah semudah itu?”.
            Pria tersebut meminta Kiki agar dapat balikan dan dapat pacaran seperti dulu, tapi Kiki menolaknya karena, Kiki berfikr bahwa semuanya tidak semudah itu. Pria itu meminta kepada Kiki untuk menerimanya tapi, Kiki selalu saja menolaknya. Hinnga akhirnya pria itu mungkin mulai bosan dan menyerah dia pun mengirim pesan singkat kepada Kiki yang bertuliskan “Ok, Baiklah kalau itu memang yang kau inginkan, tak apalah. Aku bisa mengerti, tapi aku mohon berjanjilah kepadaku. Kamu jangan memberi tahu siapapun kalau aku meminta balikan sama kamu”.
            Entah apa maksud pria tersebut dengan kata-katanya seperti itu, mungkin dia malu atau apalah. Kiki tak ingin tahu alasannya, dia hanya membalas pesannya dengan kata “Iya”. Setelah Kiki membalas  pesannya, pria itu pun tak pernah menghubungi Kiki lagi. Keesokan harinya Kiki menceritakan kejadian yang terjadi padanya kepada kedua temannya yaitu Fajri dan Ana. Mereka berdua berkata “Semudah itukah dia minta balikan, seperti tanpa ada beban dan keraguan dia minta balikan?”, Kiki hanya menjawab dengan kata “ entahlah”. Lalu teman Kiki yang bernama Ana berkata “Untung kamu tidak menerimanya, karena dia mengatakannya dengan mudah, mestinya dia melakukan pendekatan ulang sama kamu lagi. Eh, malah dia mengatakannya kepadamu tanpa berfikir panjang” . Kiki pun menjawab “Iya, aku juga  menolaknya tanpa berfikir panjang juga”.
            Setelah kejadian hari itu, saat Kiki bertemu dengan pria itu, Kiki tidak pernah di tegurnya. Tapi, Kiki merasa terganggu karena pada saat Upacara ataupun apel pagi, pria itu sering melihat ke  arah Kiki. Dan memandang Kiki dengan waktu yang cukup lama, itu membuat Kiki sangat terganggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar